Pantai geloda menyajikan suasana sore yang indah, pemandangan
matahari tenggelam berwarna kuning keemasan menambah syahdu hari ini. Angin
bertiup sepoi menyanyikan lagu rindu yang bergolak di hati Niha. Kerinduan pada
sosok yuji orang yang mengisi hari-harinya. Kepergian yuji yang tanpa pamit
meninggalkan kerinduan yang mendalam pada niha. Semua kenangan tentang yuji
masih hangat dalam ingatannya, bagaimana senyum yuji, tatapan mata yang
menenangkan, serta ciri khas yang selalu usil.
Niha mengenal yuji saat masih kuliah di salah satu kampus
terkenal di Surakarta. Kedekatan mereka mulai terjalin saat keduanya menjadi
panitia kegiatan amal di gunung merapi. Mereka menjadi sukarelawan untuk
mengobati trauma anak-anak merapi pasca meletusnya gunung merapi.
“niha, kenalkan ini yuji. Dia akan jadi partnermu dalam tugas
sukarelawan”. Mas ozi mengenalkan niha pada yuji. Pandangan niha terarah pada
yuji yang mengenakan baju kaos biru, celana jeans yang robek di lutut serta
berkacamata hitam. Awalnya niha mengira yuji orang arogan serta urakan. Namun
semua angan niha berantakan saat mendengar yuji berbicara pada mas ozi. “maaf
mas tapi bisakah aku membuat konsep sendiri akan lebih baik jika aku mengunakan
metode pembelajaran saat ini”. Mas ozi sepakat dengan yuji.
Niha beranjak mendekati yuji, “hai kenalkan aku niha”. Yuji
menanggapi dengan senyuman sinis. “ow.. jadi selama ini kamu yang buat konsep
ga jelas itu”. Yuji memarahi niha terkait konsep pembelajaran bagi anak-anak
pasca kejadian meletusnya gunung merapi. Niha syok dengan yuji, orang yang
terlihat ramah pada mas ozi tiba-tiba berubah menjadi monster yang menyeramkan,
mengeluarkan semua makian untuk niha. Wajah niha berubah menjadi merah padam
menahan amarah hingga tak lama kedua matanya mengalir bulir-bulir bening.
“terimakasih atas masukannya semoga konsepmu dapat berjalan dengan baik”. Niha
segera meninggalkan yuji sambil menyeka air matanya yang terus mengalir. Yuji
tak menyangka ucapannya membuat niha marah, sejujurnya sudah lama yuji
mengamati niha saat masih ospek. Namun saking gugupnya berdekatan dengan niha,
yuji jadi salah tingkah dengan membentak niha.
Selama seminggu niha harus menahan diri agar emosinya tidak
tersulut jika berada di dekat yuji. Di matanya yuji bagaikan monster yang tidak
berperasaan. Semua hal yang dilakukan yuji selalu tidak dianggap oleh niha.
Hatinya terlanjur sakit atas semua perkataan yuji. Pada hari terakhir diadakan
perpisahan karena tugas mereka telah usai. Semua relawan yang dipimpin mas ozi
melakukan salam perpisahan kepada kepala desa. Mas ozi memimpin langsung
kepulangan para relawan kembali ke temapt assal masing-masing. Mereka melalui
hutan yang lebat sehingga diharuskan untuk semua regu saling beriringan agar
tidak ada yang tertinggal. Mas ozi memutuskan untuk beristirahat dan menugaskan
niha serta yuji untuk mencari air minum untuk relawan yang lain. Niha dan yuji
dengan berat hati melaksanakan perintah mas ozi. Mereka segera mencari sumber
mata air yang tak jauh dari tempat peristirahatan rombongan.
“akhirnya ketemu juga” niha bersorak gembira saat mendengar
suara gemericik air mengalir. “eh, yuji cepat isi jirigen itu dengan air”. Niha
memerintah yuji yang sedang menikmati pemandangan alam hutan. Yuji mendengus
kesal pada niha yang sok memerintah dirinya. Setelah selsai mereka segera
kembali pada rombongan. Tetapi di tengah perjalanan niha menginjak lobang
sehingga kakinya terkilir.
“aduh…” nia terjatuh dan meringgis kesalkitan. Yuji panik dan segera
menghampiri niha
“ada apa niha?”.
“kakiku sakit sepertinya terkilir”. Yuji segera memeriksa kaki niha, dan
mengurutnya. Niha berteriak kesakitan.
“niha, kamu bisa jalan ga?”. Niha hanya bisa mengeleng-gelengkan kepalanya.
Kakinya sakit sekali untuk berdiri saja Niha tidak kuat. Niha menahan rasa
sakit hingga menangis. Yuji binggung melihat niha menangis. “niha jangan
menangis dong, aku gak tahu harus berbuat apa jika kamu menangis, please
berhenti nangis ya”.
“tapi ini sakit banget yuji”. Niha berusaha untuk menahan sakitnya.
Akhirnya yuji mengendong niha sekaligus membawa jirigen
tempat air minum. Sampai di tempat rombongan tadi semua orang telah pergi. Ada
surat yang mengatakan bahwa mereka harus segera turun karena akan ada badai
dahsyat malam ini. Yuji segera mengendong niha lagi dan berlari menuruni hutan.
Niha berpegangan erat pada yuji.
“yuji, turunkan aku disini, kamu segera turun, gak usah pedulikan aku”. Yuji
tidak mengindahkan kemauan niha,
“aku ga bakalan ningglakan kamu, aku akan jaga kamu”. Yuji berlari dengan
sekuat tenaganya.
Semua rombongan telah sampai di posko, mereka mengkhawatirkan
keselamatan yuji dan niha. Mas ozi menyesali dirinya sendiri karena telah
menyuruh yuji dan niha mencari air minum. “teman-teman, mari kita berdoa semoga
niha dan yuji baik-baik saja”. Semua berdoa dengan khitmat.
Menjelang magrib, yuji dan niha mencapai posko. Mereka berdua
segera dilarikan ke rumah sakit terdekat karena keduanya pingsan. Niha dan yuji
dirawat bersebelahan. Yuji sadar terlebih dahulu. Saat melihat ke kanan nampak
niha masih belum sadarkan diri. Dengan sekuat tenaga yuji berusaha mendekati
niha.
“niha, sejujurnya aku sudah lama suka sama kamu, tapi aku
takut untuk mengungkapkannya, aku takut kamu nolak aku, saat kita berkenalan
sebenarnya aku sudah tahu nama kamu, mungkin kamu gak ingat pertemuan pertama
kita, tapi bagiku itu pertemuan yang sangat menyenangkan bagiku. Maaf aku harus
pergi ke amerika, orang tauku ingin aku melanjutkan kuliah disana. Aku titip
buku ini, tolong dijaga ya… suatu saat aku pasti kembali untukmu”. Yuji
menangis saat menuliskan kata perpisahan pada niha, gadis yang selama ini
dicintainya.
Saat niha terbangun, di sampingnya ada buku yang bertuliskan
kisah cintaku yuji bramnotoharjo, disana terdapat kisahnya tentang niha. Niha
baru menyadari bahwa ada orang yang selalu menyayangi serta mencintainya.
“terimaksih yuji atas semua kenangan indah ini”
Kenangan indah niha terhadap yuji tak pernah luntur walaupun
mereka telah berpisah selama 4 tahun. Niha masih menyimpan rasa untuk yuji,
berharap dia akan kembali pada niha sesuai janjinya pada niha.