Senin, 16 September 2013





Pantai geloda menyajikan suasana sore yang indah, pemandangan matahari tenggelam berwarna kuning keemasan menambah syahdu hari ini. Angin bertiup sepoi menyanyikan lagu rindu yang bergolak di hati Niha. Kerinduan pada sosok yuji orang yang mengisi hari-harinya. Kepergian yuji yang tanpa pamit meninggalkan kerinduan yang mendalam pada niha. Semua kenangan tentang yuji masih hangat dalam ingatannya, bagaimana senyum yuji, tatapan mata yang menenangkan, serta ciri khas yang selalu usil.
Niha mengenal yuji saat masih kuliah di salah satu kampus terkenal di Surakarta. Kedekatan mereka mulai terjalin saat keduanya menjadi panitia kegiatan amal di gunung merapi. Mereka menjadi sukarelawan untuk mengobati trauma anak-anak merapi pasca meletusnya gunung merapi.
“niha, kenalkan ini yuji. Dia akan jadi partnermu dalam tugas sukarelawan”. Mas ozi mengenalkan niha pada yuji. Pandangan niha terarah pada yuji yang mengenakan baju kaos biru, celana jeans yang robek di lutut serta berkacamata hitam. Awalnya niha mengira yuji orang arogan serta urakan. Namun semua angan niha berantakan saat mendengar yuji berbicara pada mas ozi. “maaf mas tapi bisakah aku membuat konsep sendiri akan lebih baik jika aku mengunakan metode pembelajaran saat ini”. Mas ozi sepakat dengan yuji.
Niha beranjak mendekati yuji, “hai kenalkan aku niha”. Yuji menanggapi dengan senyuman sinis. “ow.. jadi selama ini kamu yang buat konsep ga jelas itu”. Yuji memarahi niha terkait konsep pembelajaran bagi anak-anak pasca kejadian meletusnya gunung merapi. Niha syok dengan yuji, orang yang terlihat ramah pada mas ozi tiba-tiba berubah menjadi monster yang menyeramkan, mengeluarkan semua makian untuk niha. Wajah niha berubah menjadi merah padam menahan amarah hingga tak lama kedua matanya mengalir bulir-bulir bening.
“terimakasih atas masukannya semoga konsepmu dapat berjalan dengan baik”. Niha segera meninggalkan yuji sambil menyeka air matanya yang terus mengalir. Yuji tak menyangka ucapannya membuat niha marah, sejujurnya sudah lama yuji mengamati niha saat masih ospek. Namun saking gugupnya berdekatan dengan niha, yuji jadi salah tingkah dengan membentak niha.
Selama seminggu niha harus menahan diri agar emosinya tidak tersulut jika berada di dekat yuji. Di matanya yuji bagaikan monster yang tidak berperasaan. Semua hal yang dilakukan yuji selalu tidak dianggap oleh niha. Hatinya terlanjur sakit atas semua perkataan yuji. Pada hari terakhir diadakan perpisahan karena tugas mereka telah usai. Semua relawan yang dipimpin mas ozi melakukan salam perpisahan kepada kepala desa. Mas ozi memimpin langsung kepulangan para relawan kembali ke temapt assal masing-masing. Mereka melalui hutan yang lebat sehingga diharuskan untuk semua regu saling beriringan agar tidak ada yang tertinggal. Mas ozi memutuskan untuk beristirahat dan menugaskan niha serta yuji untuk mencari air minum untuk relawan yang lain. Niha dan yuji dengan berat hati melaksanakan perintah mas ozi. Mereka segera mencari sumber mata air yang tak jauh dari tempat peristirahatan rombongan.
“akhirnya ketemu juga” niha bersorak gembira saat mendengar suara gemericik air mengalir. “eh, yuji cepat isi jirigen itu dengan air”. Niha memerintah yuji yang sedang menikmati pemandangan alam hutan. Yuji mendengus kesal pada niha yang sok memerintah dirinya. Setelah selsai mereka segera kembali pada rombongan. Tetapi di tengah perjalanan niha menginjak lobang sehingga kakinya terkilir.
“aduh…” nia terjatuh dan meringgis kesalkitan. Yuji panik dan segera menghampiri niha
“ada apa niha?”.
“kakiku sakit sepertinya terkilir”. Yuji segera memeriksa kaki niha, dan mengurutnya. Niha berteriak kesakitan.
“niha, kamu bisa jalan ga?”. Niha hanya bisa mengeleng-gelengkan kepalanya. Kakinya sakit sekali untuk berdiri saja Niha tidak kuat. Niha menahan rasa sakit hingga menangis. Yuji binggung melihat niha menangis. “niha jangan menangis dong, aku gak tahu harus berbuat apa jika kamu menangis, please berhenti nangis ya”.
“tapi ini sakit banget yuji”. Niha berusaha untuk menahan sakitnya.
Akhirnya yuji mengendong niha sekaligus membawa jirigen tempat air minum. Sampai di tempat rombongan tadi semua orang telah pergi. Ada surat yang mengatakan bahwa mereka harus segera turun karena akan ada badai dahsyat malam ini. Yuji segera mengendong niha lagi dan berlari menuruni hutan. Niha berpegangan erat pada yuji.
“yuji, turunkan aku disini, kamu segera turun, gak usah pedulikan aku”. Yuji tidak mengindahkan kemauan niha,
“aku ga bakalan ningglakan kamu, aku akan jaga kamu”. Yuji berlari dengan sekuat tenaganya.
Semua rombongan telah sampai di posko, mereka mengkhawatirkan keselamatan yuji dan niha. Mas ozi menyesali dirinya sendiri karena telah menyuruh yuji dan niha mencari air minum. “teman-teman, mari kita berdoa semoga niha dan yuji baik-baik saja”. Semua berdoa dengan khitmat.
Menjelang magrib, yuji dan niha mencapai posko. Mereka berdua segera dilarikan ke rumah sakit terdekat karena keduanya pingsan. Niha dan yuji dirawat bersebelahan. Yuji sadar terlebih dahulu. Saat melihat ke kanan nampak niha masih belum sadarkan diri. Dengan sekuat tenaga yuji berusaha mendekati niha.
“niha, sejujurnya aku sudah lama suka sama kamu, tapi aku takut untuk mengungkapkannya, aku takut kamu nolak aku, saat kita berkenalan sebenarnya aku sudah tahu nama kamu, mungkin kamu gak ingat pertemuan pertama kita, tapi bagiku itu pertemuan yang sangat menyenangkan bagiku. Maaf aku harus pergi ke amerika, orang tauku ingin aku melanjutkan kuliah disana. Aku titip buku ini, tolong dijaga ya… suatu saat aku pasti kembali untukmu”. Yuji menangis saat menuliskan kata perpisahan pada niha, gadis yang selama ini dicintainya.
Saat niha terbangun, di sampingnya ada buku yang bertuliskan kisah cintaku yuji bramnotoharjo, disana terdapat kisahnya tentang niha. Niha baru menyadari bahwa ada orang yang selalu menyayangi serta mencintainya. “terimaksih yuji atas semua kenangan indah ini”
Kenangan indah niha terhadap yuji tak pernah luntur walaupun mereka telah berpisah selama 4 tahun. Niha masih menyimpan rasa untuk yuji, berharap dia akan kembali pada niha sesuai janjinya pada niha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar